Sejenak Mengikuti Sang Inspirator - Part 1
Imam
Robandi akan selalu disebut-sebut sebagai sosok yang getol menyelami
dunia seni. Meski Imam berdiri di tengah kampus dan jurusan yang
tersohor dengan teknologi, ia mampu menunjukkan seni sebagai suatu
bagian penting dalam perjalanan hidupnya.
Jiwa
seni yang sudah mengikuti aliran darahnya diperoleh dari sang ayah.
Bahkan, sang ayah yang tidak pernah meninggalkan aktivitas menyanyi
setiap harinya pun turut andil dalam kemahiran Imam melatih suara hingga
semerdu sekarang. “Kalau ayah nyanyi, ya pasti tertangkap telinga
saya jadi sekalian belajar,†ujarnya. Tak hanya itu, ayahnya juga
selalu menekankan pentingnya komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal
tersebut memang terlihat jelas dari antusiasme Imam berbicara di depan
publik.
Jika
berbicara mengenai kemahirannya memainkan alat musik gamelan, maka sang
ibulah yang berjasa. “Saya sering dibawa ke kondangan dan di sana
selalu ada musik gamelan,†kenangnya. Pria kelahiran 17 Agustus 1963
ini pun berlatih dengan gigih termasuk memainkan wayang. Menakjubkan,
saat masih duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar (SD) saja ia sudah jago
menjadi dalang kecil yang memiliki koleksi lengkap wayang kulit.
Sebagai
salah satu pendiri sanggar Elektro Budojo, Imam tak pernah melupakan
keahliannya ketika bertandang ke negeri sakura. Saat melanjutkan
pendidikan doktornya di Universitas Tottori, ia tak membuang kesempatan
mengenalkan budaya Indonesia di Jepang. Siapa sangka, ia membawa seluruh
koleksi wayang dan gamelan yang dimilikinya. “Lima belas menit saja,
saya dapat 50 ribu yen setara Rp 5 juta,†ucapnya kembali dengan tawa.
Selain
berkiprah di dunia seni dan pendidikan, delegasi Asia untuk
International Curriculum Conference ini juga seorang aktivis sosial dan
penulis. Terbukti, bukan hanya jurnal yang ia terbitkan, buku berjudul
The Ethos of Sakura baru saja berhasil diselesaikannya. Bahkan, ia pun
menjadi aktivis dakwah di masjid Manarul Ilmi ITS.
Sedang,
bila berbicara mengenai keahlian, ia termasuk pria dengan segudang
talenta. Mulai dari catur, berenang, memasak, fotografi, sampai bela
diri Shorinji Kempo dan Jiu Jitsu. “Saya suka Jiu Jitsu karena tidak
butuh power besar,†ungkapnya. Pasalnya, Imam memang dibesarkan di
lingkungan tentara pula. Karena banyak hal yang ia pelajari dari seni
dan budaya, ia pun berkeinginan mengakrabkan seni dengan ITS lewat
pencalonannya.
Jadikan ITS Yang Muda
Sebagai
bacarek yang gigih berkutat di dunia seni, Imam ingin menyelaraskan
seni dan teknologi di ITS. Sebagaimana yang ia ungkapkan dalam mottonya
"ITS yang Berilmu dan Berbudaya" yang disingkat "ITS yang Muda". Menurut
Imam, jika semua hal berangkat dari seni, maka semua hal pun bisa
dicapai.
ITS
memang tak bisa hanya mengandalkan teknologi dalam persaingan global.
“Kita harus punya budaya,†terangnya. Ia menyebutkan, yang dimaksud
budaya di sini tidak hanya sebatas kesenian tradisional ataupun modern,
melainkan berbagai hal yang bisa menjadi sorotan budaya. Misalnya saja,
lingkungan, paper, dan seni dalam arti yang sebenarnya.
Ia
berharap dapat mempercepat pertumbuhan ITS di segala hal. Baginya,
segala hal yang menjadi bagian dari ITS hendaknya dijadikan sebagai
kebiasaan. “Kita kan perlu menjadikan international recognition
academic sebagai atmosfer,†pungkasnya.
Sejenak Mengikuti Sang Inspirator - Part 2
Sumber : Facebook Imam Robandi
MAYANGKARA BELA BANGSA
#################################
Hampir semua tamu yang datang mengatakan “imposible” kepada Musabangga yang telah sukses menyelenggarakan pentas Wayang Kulit dengan cerita Mayangkara Bela Bangsa. Bayangkan saja, pagelaran yang sangat besar hanya dikomandani anak-anak muda Ustadz Daryono, Ust Muakhor, dan kawan-kawan,yang agak semi bonex. Tamu berdatangan dari Wonosobo, Tegal, Banjarnegara, Yogyakarta, Banyumas, dan juga dari Kabupaten Tegal. Perpaduan musisi pengiring dari Purbalingga Selection dan dari Kabupaten Nganjuk terlihat sangat kompak. Musabangga telah menjadi pelaku sejarah, “wayangan dan penancapan tiang pancang The International Building Musabangga”. Semoga sejarah-sejarah berikutnya akan selalu terukir. MUSABANGGA adalah SD Muhammadiyah 1 Purbalingga Jawa Tengah yang telah menjadi salah satu pusat pertumbuhan sekolah Indonesia. Itu adalah sebagian karya dari anak-anak muda kreatif yang tidak mengenal lelah.
Gambattene sense..
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar